Budaya Media Siber
Media Siber
Budaya siber atau cyberculture beranjak dari fenomena yang muncul di ruang siber
serta media siber. Budaya pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang muncul dari proses
interaksi antar individu, dalam konteks ini yaitu pengalaman individu dan atau antar individu
dalam menggunakan serta terkait dengan media. Nilai-nilai ini diakui, baik secara langsung
maupun tidak, seiring dengan waktu yang dilalui dalam interaksi tersebut (Nasrullah, 2014)4
. Karakteristik dunia virtual dapat menghasilkan efek dalam kehidupan ketika berhubungan
dengan cyberspace. Konsep yang dilontarkan oleh Christine Hine (2000) 5 menyatakan
bahwa cyberspace atau ruang siber bisa didekati dalam ‘culture’ dan ‘cultural artefact’.
Sebagai suatu budaya, pada mulanya internet adalah model komunikasi yang sederhana bila
dibandingkan dengan model komunikasi secara langsung atau face to face. Hal ini terjadi
karena generasi internet digunakan untuk pesan-pesan menggunakan teks atau simbol dalam
bentuk tulisan atau emotikon dan secara langsung dapat dipahami oleh kedua belah pihak.
Karakteristik Budaya Siber
Kemajuan teknologi internet membuat hidup kita tanpa batas untuk mendukung aktifitas sehari-hari. Kita dapat mencari informasi yang kita butuhkan dan juga membuat konten yang dapat menginspirasi orang lain. Namun dibalik itu semua terdapat ancaman yang mengintai selama kita beraktifitas di dunia maya seperti Phising, Scamming, Malware, Kabar Hoax dan masih banyak lagi.
Agar aman dan nyaman dalam beraktifitas maka sebaiknya kita perlu mengetahui dulu karakteristik dunia siber. Apasaja yang perlu diketahui tentang dunia siber, berikut karakteristik dunia siber yang perlu diketahui:
1. Perubahan yang cepat
Pelaku kejahatan siber untuk menuntut Anda merespon informasi dengan cepat dengan memberikan Informasi yang menkhawatirkan atau menyenangkan seperti memenangkan undian dengan cara mengklik link yang mengarahkan ke website tertentu atau mengunduh sebuah dokumen. Padahal link tersebut mengarahkan kesitus web palsu yang berisi malware, phising, skamming atau berita hoax yang menyesatkan banyak orang lain. Di dunia siber Anda harus melatih diri untuk merespon cepat namun tetap waspada atas informasi yang beredar.
2. Terbuka
Dunia siber membuat kita tanpa batas, semua orang dapat mengakses informasi yang sudah dibagikan. Untuk itu, kita harus pandai-pandai menjaga data dan informasi terutama yang berkaitan dengan privasi dalam berinteraksi di dunia siber. Batasi pertemanan Anda di media sosial, jangan berkomunikasi dengan orang asing di media social dan tidak membagikan informasi penting seperti nomor handphone dan data orang tua.
3. Permanen
Karakteristik yang ketiga ini juga tak kalah penting. Informasi yang Anda bagikan akan terekam menjadi jejak digital yang akan tersimpan di duniamaya. Rekam jejak digital yang akan bersifat permanen dan sulit untuk dihapus. Maka selalu gunakan prinsip Thinking Before Sharing.
Setelah mengenal karakteristik dunia siber maka Anda akan selalu di minta waspada terhadap setiap ancaman yang mengintai di dunia siber. Anda juga dapat mengenalkannya pada keluarga, teman, dan sahabat agar dapat beraktifitas nyaman dan aman beraktifitas di dunia siber.
Kasus Media Siber
Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Dewan Pers, Agus Sudibyo. TEMPO/Seto Wardhana
Menurut Agus, ada enam jenis pelanggaran kode etik jurnalistik yang dilakukan oleh media siber yang diadukan ke Dewan Pers. Pelanggaran pertama, kata Agus, media siber tidak menguji informasi atau melakukan konfirmasi sebanyak 30 kasus. Pelanggaran ini terjadi karena media siber mengutamakan kecepatan tanpa dibarengi dengan verifikasi. “Dilema kecepatan menimbulkan kesalahan pemberitaan,” ujarnya.
Pelanggaran kedua, menurut Agus, berita tidak akurat (30 kasus); ketiga, mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi (17 kasus); keempat, tidak berimbang (10 kasus); kelima, tidak menyembunyikan identitas korban kejahatan susila (tiga kasus); dan keenam, tidak jelas narasumbernya (satu kasus). Dalam kasus pemberitaan korban kejahatan susila, kata dia, media siber kerap tidak menyembunyikan identitas korban. “Meski ditulis inisial korban, tetap tidak boleh disebutkan dalam berita,” kata dia. Menyembunyikan identitas korban untuk melindungi masa depan korban.
Media siber, menurut Agus, memang memiliki sejumlah keunggulan, seperti kecepatan, interaktivitas, prinsip partisipatori dan emansipasi publik, dan ruang media sebagai ruang publik deliberatif. Tapi, prinsip jurnalisme siber, menurut dia, tidak berbeda dengan prinsip jurnalisme cetak atau elektronik. ”Jurnalisme siber masih merupakan jurnalisme yang mengedepankan verifikasi,” katanya. Artinya, kata dia, etika jurnalistik seharusnya tetap menjadi pegangan bagi jurnalis media siber.
Penipuan Online
Jenis-jenis cyber crime yang pertama yaitu penipuan online, adalah penipuan yang terjadi secara online.
Penipuan Pishing
Jenis-jenis cyber crime yang kedua yaitu penipuan pishing. Penipuan phishing adalah upaya penipu untuk menipu agar memberikan informasi pribadi seperti nomor rekening bank, kata sandi, dan nomor kartu kredit. Penipu ini akan menghubungi secara tiba-tiba, melalui email, pesan teks, panggilan telepon atau bahkan melalui media sosial, berpura-pura menjadi bisnis yang sah seperti bank, perusahaan telepon, atau bahkan penyedia internet.
Cyber Stalking
Ada banyak kasus penguntitan dunia maya di seluruh dunia dan ini sangat umum terjadi pada remaja dan dewasa muda. Biasanya korban dan penguntit saling mengenal.
Cyber Bullying
Penindasan dunia maya mirip dengan penguntitan dunia maya, namun rentetan pesan dapat berbahaya, menyinggung, dan sepenuhnya menyinggung.
Peretasan & Spamming Media Sosial
Peretasan media sosial sering kali dilakukan sebagai lelucon, seperti penyerangan oleh orang-orang yang meretas akun twitter Burger King. Banyak selebriti yang diretas mungkin akhirnya mengikuti orang-orang yang biasanya tidak mereka sukai atau mencantumkan status acak. Meskipun bagi rata-rata joe melihat selebriti atau merek memposting hal-hal aneh bisa jadi lucu, itu adalah pelanggaran privasi.
Spamming media sosial terjadi ketika seseorang membuat akun palsu dan menjadi teman atau diikuti oleh orang kebanyakan. Ini kemudian memberi akun palsu kebebasan untuk mengirim spam dengan pesan massal, ini dapat dilakukan untuk menyebarkan malware.
https://nasional.tempo.co/read/466521/6-pelanggaran-media-siber-ini-yang-sering-diadukan/full&view=ok
https://educsirt.kemdikbud.go.id/portal/berita/67
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/
https://www.merdeka.com/sumut/12-jenis-jenis-cyber-crime-atau-kejahatan-dunia-maya-yang-perlu-diwaspadai-kln.html
Komentar
Posting Komentar